Selasa, 23 Desember 2014

PERSOALAN KURIKULUM 2013


Assalamualaikum wr, wb. apa kabar para blogger semua? Kali ini saya akan memposting sebuah berita yang ada di sebuah koran Kompas, Kamis, 18 DESEMBER 2014. Biaya yang mahal menjadi beban pada setiap orang tua yang mensekolahkan anaknya.
JAKARTA, KOMPAS – Penggunaan kembali Kurikulum 2006 pada semester genap mulai Januari 2015 membuat  orang tua harus membeli buku paket baru untuk anak-anak mereka. Pembelian buku baru membebani orang tua karena harga buku pelajaran berbasis Kurikulum 2006 terbilang mahal.
                Seperti diwartakan sebelumnya, sekolah yang baru satu semester menerapkan Kurikulum 2013 akan kembali ke Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 pada semester mendatang.
                “Harga judul buku yang sama berbeda-beda, tergantung toko, Harganya juga lumayan mahal, dari Rp 35.000 sampai Rp 60.000,” kata Esti di Jakarta, Rabu,(17/12). Perempuan yang memiliki anak yang duduk di kelas I di SDN Pondok Labu 05 Pagi ini mengaku, untuk membeli satu paket buku pelajaran yang terdiri atas 7 buku, ia harus menyiapkan Rp 400.000. Jumlah itu berat mengingat gaji suaminya yang bekerja sebagai kurir barang.
                Esti mengatakan, di SDN Pondok Labu 05, sekolah memberikan pinjaman buku-buku pelajaran untuk meringankan beban orang tua. Hanya saja, buku tidak lengkap. Sebagian siasat, orang tua berkoordinasi mengumpulkan uang dan memfotokopi buku pelajaran, fotokopi itu lalu dibagi-bagikan kepada anak-anak.
                Akan tetapi, tidak semua sekolah mengizinkan orang tua memfotokopi buku. Contohnya, SDN Pondok Labu 01. Salah satu orang tua murid di sekolah itu, Anisa, mengatakan, sekolah mau meminjami buku dengan syarat tak boleh dicoret-coret. Padahal , beberapa pekerjaan rumah (PR) harus langsung dikerjakan pada buku. Sekolah juga melarang buku difotokopi karena melindungi hak cipta.
                “kalau gitu caranya, lebih baik kami beli buku sendiri, daripada anak enggak bisa mengerjakan PR,”  kata Anisa yang anaknya duduk di kelas V SDN Pondok Labu 01.
                Beban bertambah berat karena Anisa juga memiliki anak yang duduk di kelas IX di SMP swasta. Setidaknya, Anisa menganggarkan RP 1 juta untuk buku dan dia mengandalkan pendapatan suaminya yang hanya bekerja sebagai sopir pribadi.
Terbitan swasta
                Kepala pusat Kurikulum dan Buku Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Ramon Mohandas mengatakan, buku berbasis Kurikulum 2006 memang dibuat penerbit. Distribusi dan penjualan juga tanggung jawab penerbit. Berbeda dengan buku berbasis Kurikulum 2013 yang diterbitkan Kemdikbud dan dicetak oleh penyedia (percetakan) pemenang tender dengan harga sudah “dipagari” agar tidak terlalu mahal.
                Secara terpisah, Sekretaris Ikatan Penerbit Indonesia Djadja Subagdja memperkirakan, tidak ada kekurangan dalam persediaan buku kurikulum 2006, meskipun waktunya tinggal kurang dari satu bulan. Alasannya penerbit biasanya mencetak buku dalam jumlah banyak. Di samping itu, buku-buku tidak habis dijual dalam waktu satu tahun.
Dugaan korupsi
                Secara terpisah, Koordinator Divisi Monitoring dan Pelayanan Publik Indonesia Corruption Watch Febri Hendri meminta pemerintah mengusut pengadaan buku dan modul Kurikulum 2013 bagi pengawas sekolah untuk Provinsi Jawa Timur, Kalimantan Tengah, dan Gorontalo.
                Pengadaan terdata mencetak 22.221 buku modul Rp 983 juta. Pengadaan itu, kata Febri, dilakukan unit kerja Kemdikbud, yakni Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan bidang otomotif dan Elektronik di Kota Malang, Jawa Timur. “Ditemukan dugaan perbuatan membuat harga jauh lebih tinggi daripada harga pasar dan persekongkolan dalam lelang. Kerugian negara diduga Rp 786 juta,”kata Febri.
                Inspektur Jendral Kemdikbud Haryono Umar menyatakan sudah membentuk tim penyelidik yang terdiri atas lima anggota inspektorat. “Kami harus tahu dulu fakta lapangannya. Belum jelas kasus ini akibat pelanggaran disengaja atau kelalaian. Setelah ada bukti konkret, bisa ditentukan sanksinya,” ujar Haryono. (DNE/LUK)
Ya sekian, menurut pendapat saya pengadaan buku kurikulum 2013 tidak tepat, karena ada kabar bahwa buku kurikulum 2013 akan ditarik dan pada tahun depan awal bulan tapatnya bulan januari akan kembali memakai  buku kurikulum 2006. Menurut saya pengadaan kurikulum 2013 hanya membuang-buang uang negara saja. Sekian dari saya kurang lebihnya mohon di maafkan wassalamualaikum wr, wb.

sumber: Koran Kompas, Kamis, 18 Desember 2014 hal 11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar