Assalamualaikum wr, wb. apa kabar para blogger semua? Kali ini saya akan memposting sebuah berita yang ada di sebuah koran Kompas, Kamis, 18 DESEMBER 2014. Biaya yang mahal menjadi beban pada setiap orang tua yang mensekolahkan anaknya.
JAKARTA, KOMPAS – Penggunaan kembali Kurikulum 2006 pada
semester genap mulai Januari 2015 membuat
orang tua harus membeli buku paket baru untuk anak-anak mereka.
Pembelian buku baru membebani orang tua karena harga buku pelajaran berbasis
Kurikulum 2006 terbilang mahal.
Seperti
diwartakan sebelumnya, sekolah yang baru satu semester menerapkan Kurikulum
2013 akan kembali ke Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 pada semester
mendatang.
“Harga
judul buku yang sama berbeda-beda, tergantung toko, Harganya juga lumayan mahal,
dari Rp 35.000 sampai Rp 60.000,” kata Esti di Jakarta, Rabu,(17/12). Perempuan
yang memiliki anak yang duduk di kelas I di SDN Pondok Labu 05 Pagi ini mengaku,
untuk membeli satu paket buku pelajaran yang terdiri atas 7 buku, ia harus
menyiapkan Rp 400.000. Jumlah itu berat mengingat gaji suaminya yang bekerja
sebagai kurir barang.
Esti
mengatakan, di SDN Pondok Labu 05, sekolah memberikan pinjaman buku-buku
pelajaran untuk meringankan beban orang tua. Hanya saja, buku tidak lengkap.
Sebagian siasat, orang tua berkoordinasi mengumpulkan uang dan memfotokopi buku
pelajaran, fotokopi itu lalu dibagi-bagikan kepada anak-anak.
Akan
tetapi, tidak semua sekolah mengizinkan orang tua memfotokopi buku. Contohnya,
SDN Pondok Labu 01. Salah satu orang tua murid di sekolah itu, Anisa,
mengatakan, sekolah mau meminjami buku dengan syarat tak boleh dicoret-coret.
Padahal , beberapa pekerjaan rumah (PR) harus langsung dikerjakan pada buku.
Sekolah juga melarang buku difotokopi karena melindungi hak cipta.
“kalau
gitu caranya, lebih baik kami beli buku sendiri, daripada anak enggak bisa
mengerjakan PR,” kata Anisa yang anaknya
duduk di kelas V SDN Pondok Labu 01.
Beban
bertambah berat karena Anisa juga memiliki anak yang duduk di kelas IX di SMP
swasta. Setidaknya, Anisa menganggarkan RP 1 juta untuk buku dan dia
mengandalkan pendapatan suaminya yang hanya bekerja sebagai sopir pribadi.
Terbitan swasta
Kepala
pusat Kurikulum dan Buku Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Ramon
Mohandas mengatakan, buku berbasis Kurikulum 2006 memang dibuat penerbit.
Distribusi dan penjualan juga tanggung jawab penerbit. Berbeda dengan buku
berbasis Kurikulum 2013 yang diterbitkan Kemdikbud dan dicetak oleh penyedia
(percetakan) pemenang tender dengan harga sudah “dipagari” agar tidak terlalu
mahal.
Secara
terpisah, Sekretaris Ikatan Penerbit Indonesia Djadja Subagdja memperkirakan,
tidak ada kekurangan dalam persediaan buku kurikulum 2006, meskipun waktunya
tinggal kurang dari satu bulan. Alasannya penerbit biasanya mencetak buku dalam
jumlah banyak. Di samping itu, buku-buku tidak habis dijual dalam waktu satu
tahun.
Dugaan korupsi
Secara terpisah, Koordinator
Divisi Monitoring dan Pelayanan Publik Indonesia Corruption Watch Febri Hendri
meminta pemerintah mengusut pengadaan buku dan modul Kurikulum 2013 bagi
pengawas sekolah untuk Provinsi Jawa Timur, Kalimantan Tengah, dan Gorontalo.
Pengadaan
terdata mencetak 22.221 buku modul Rp 983 juta. Pengadaan itu, kata Febri,
dilakukan unit kerja Kemdikbud, yakni Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan bidang otomotif dan Elektronik di Kota Malang,
Jawa Timur. “Ditemukan dugaan perbuatan membuat harga jauh lebih tinggi
daripada harga pasar dan persekongkolan dalam lelang. Kerugian negara diduga Rp
786 juta,”kata Febri.
Inspektur
Jendral Kemdikbud Haryono Umar menyatakan sudah membentuk tim penyelidik yang
terdiri atas lima anggota inspektorat. “Kami harus tahu dulu fakta lapangannya.
Belum jelas kasus ini akibat pelanggaran disengaja atau kelalaian. Setelah ada
bukti konkret, bisa ditentukan sanksinya,” ujar Haryono. (DNE/LUK)
Ya sekian, menurut pendapat saya pengadaan buku kurikulum
2013 tidak tepat, karena ada kabar bahwa buku kurikulum 2013 akan ditarik dan
pada tahun depan awal bulan tapatnya bulan januari akan kembali memakai buku kurikulum 2006. Menurut saya pengadaan
kurikulum 2013 hanya membuang-buang uang negara saja. Sekian dari saya kurang
lebihnya mohon di maafkan wassalamualaikum wr, wb.
sumber: Koran Kompas, Kamis, 18 Desember 2014 hal 11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar