Selasa, 23 Januari 2018

ETIKA DALAM AKUNTANSI KEUANGAN DAN AKUNTANSI MANAJEMEN

ETIKA DALAM AKUNTANSI KEUANGAN DAN AKUNTANSI MANAJEMEN

1.   Tanggung jawab akuntan Keuangan dan Akuntan Manajemen
Standar Kode Etik untuk praktisi Akuntan Manajemen dan Manajemen Keuangan dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu dikutip dari buku Managrtial Accounting (hal 30-31) Karangan Ray H. Garrison Eric W. Noreen dan Peter C. Brewer adalah:
Pertama, berisi tuntutan untuk berperilaku etis.
Akuntan manajemen memiliki tanggung jawab etik 4 (empat) bidang, yaitu:
a. Mempertahankan kompetensi profesional
Praktisi akuntansi manajemen dan manajemen keuangan mempunyai tanggung jawab untuk:
1) Mempertahankan kompetensi profesional pada tinkat yang semestinya.
2) Melaksanakan tugas-tugas profesional pada tingkat yang semestinya.
3) Melaksakan tugas-tugas profesional mereka sesuai dengan hukum, peraturan, dan standar teknis yang relevan.
4) Menyiapkan laporan secara lengkap dan jelas, serta memberi rekomendasi setelah melakukan analisis yang layak terhadap informasi yang relevan dan andal.
b. Menjaga kerahasiaan hal-hal yang sensitif
Praktisi akuntansi manajemen dan manajemen keuangan mempunyai tanggung jawab untuk:
1) Tidak mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh dalam menjalankan pekerjaannya, kecuali mendapat wewenang atau karena adanya kewajiban hukum untuk mengungkapkan hal tersebut.
2) Menginformasikan kepada bawahannya tentang kerahasiaan informasi yang diperoleh selama menjalankan pekerjaan, dan mengawasi aktivitas mereka untuk meyakinkan bahwa mereka tetap menjaga kerahasiaan.
3) Tidak memanfaatkan atau mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh selama menjalankan pekerjaannya demi keuntungan ilegal dan tidak etis, baik bagi dirinya sendiri maupun pihak ketiga.
c. Mempertahankan integritas
Praktisi akuntansi manajemen dan manajemen keuangan mempunyai tanggung jawab untuk:
1) Menghindari adanya konflik kepentingan dan memberi nasihat kepada pihak yang berkepentingan terhadap terhadap konflik-konflik yang potensial terjadi.
2) Menghindari aktivitas yang dapat menimbulkan keraguan terhadap kemampuan mereka untuk melakukan tugasnya secara etis.
3) Menolak segala bentuk hadiah, tanda mata, atau keramahan yang dapat memengaruhi tindakan mereka.
4) Tidak menghambat baik secara aktif maupun pasif, hasil-hasil yang dicapai organisasi yang sah serta tujuan-tujuan etis.
5) Menyadari dan mengomunikasikan batasan-batasan profesional, atau kendala lain yang akan menghambat kebijakan-kebijakan yang bertanggung jawab atau kesuksesan kinerja dari suatu aktivvitas.
6) Mengomunikasikan informasi dan kebijakan-kebijakan profesi atau opini-opini, baik yang bersifat menguntungkan maupun yang tidak menguntungkan.
7) Tidak melakukan atau mendukung aktivitas yang dapat mendskreditkan profesi.

2. Competence, Confidentiality, Integrity and Objectivity of Management Accountant
Audit memiliki nilai karena dapat memberikan keyakinan yang memadai bagi para pengguna laporan keuangan bahwa laporan keuangan tersebut bebas dari salah saji yang material. Nilai-nilai objektivitas, kompetensi, integritas, keselarasan dengan masalah-masalah bisnis yang luas, dan pembelajaran seumur hidup apabila secara bersama-sama digabungkan dengan kepatuhan auditor pada kode etik, akan mendukung kredibilitas auditor dalam menyatakan pendapat atas laporan keuangan.

3. Whistle Blowing
Dalam isttilah bahasa inggris, orang yang mengungkapkan fakta kepada publik mengenai sebuah skandal, bahaya, malapraktik atau korupsi disebut whistleblower [peniup peluit; disebut demikian karena – seperti wasit dalam pertandingan sepak bola atau olahraga lainnya yang meniup peluit sebagai pengungkapan fakta terjadinya pelanggaran, atau polisi lalu lintas yang hendak “ menilang” seseorang dijalan raya karena orang itu melanggar aturan, atau seperti pengintai dalam peperangan zaman dahulu yang memberitahukan kedatangan musuh dengan bersiul – dialah yang bersiul, berceloteh, membocorkan, atau mengungkapkan fakta kejahatan, kekerasan, atau pelanggaran.

4. Creative Accounting (akuntansi kreatif)
Usaha manajemen untuk merekayasa akuntansi/pembukuan dengan menggelembungkan pendapatan neto. Contoh manajemen pendapatan meliputi penjualan aktiva dengan dasar biaya yang rendah untuk melaporkan perolehan (gains), dengan cara yang tidak benar dengan memperpanjang umur harapan aktiva untuk mengurangi biaya (yaitu umur yang bisa didepresiasikan), dan penambahan biaya yang rendah.

5. Fraud Accounting
Dalam akuntansi, dikenal dua jenis kesalahan yaitu kekeliruan (error) dan kecurangan (fraud). Perbedaan antara kedua jenis kesalahan ini hanya dibedakan oleh jurang yang sangat tipis, yaitu ada atau tidaknya unsur kesengajaan. Standarpun mengenali bahwa sering kali mendeteksi kecurangan lebih sulit dibandingkan dengan kekeliruan karena pihak manajemen atau karyawan akan berusaha menyembunyikan kecurangan itu.

6. Fraud Auditing
Dalam peran ini, akuntan forensik atau auditor kecurangan bertugas sebagai ahli dalam penyelidikan atau untuk menyajikan bukti di pengadilan. Banyak juga yang melakukan audit kecurangan untuk umum. Sudah jelas bahwa semua KAP besar memiliki akuntan dan akuntan publik yang dapat dianggap sebagai auditor kecurangan. Audit internal dan audit TI juga umumnya meliputi auditor kecurangan dengan spesialisasi khusus di beberapa perusahaan besar.

Sumber:
1. Irwansyah Lubis. 2010. Menggali Potensi Pajak Perusahaan dan Bisnis dengan Pelaksanaan Hukum. Jakarta: PT Alex Media Komputindo. [E-book]
2. Boynton, William C. Johnson., Raymond N. and Kell, Walter G. “Modern Auditing”, Edisi Ketujuh, Jilid 2, Erlangga, Jakarta. 2001 [E-book]
3. Kamus Standar Akuntansi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar