ETIKA DALAM AKUNTANSI KEUANGAN DAN AKUNTANSI MANAJEMEN
1. Tanggung
jawab akuntan Keuangan dan Akuntan Manajemen
Standar
Kode Etik untuk praktisi Akuntan Manajemen dan Manajemen Keuangan dibagi
menjadi 2 (dua) bagian, yaitu dikutip dari buku Managrtial Accounting (hal
30-31) Karangan Ray H. Garrison Eric W. Noreen dan Peter C. Brewer adalah:
Pertama, berisi
tuntutan untuk berperilaku etis.
Akuntan manajemen memiliki
tanggung jawab etik 4 (empat) bidang, yaitu:
a. Mempertahankan
kompetensi profesional
Praktisi akuntansi
manajemen dan manajemen keuangan mempunyai tanggung jawab untuk:
1) Mempertahankan
kompetensi profesional pada tinkat yang semestinya.
2) Melaksanakan
tugas-tugas profesional pada tingkat yang semestinya.
3) Melaksakan tugas-tugas
profesional mereka sesuai dengan hukum, peraturan, dan standar teknis yang
relevan.
4) Menyiapkan laporan
secara lengkap dan jelas, serta memberi rekomendasi setelah melakukan analisis
yang layak terhadap informasi yang relevan dan andal.
b. Menjaga kerahasiaan
hal-hal yang sensitif
Praktisi akuntansi
manajemen dan manajemen keuangan mempunyai tanggung jawab untuk:
1) Tidak mengungkapkan
informasi rahasia yang diperoleh dalam menjalankan pekerjaannya, kecuali
mendapat wewenang atau karena adanya kewajiban hukum untuk mengungkapkan hal
tersebut.
2) Menginformasikan kepada
bawahannya tentang kerahasiaan informasi yang diperoleh selama menjalankan
pekerjaan, dan mengawasi aktivitas mereka untuk meyakinkan bahwa mereka tetap
menjaga kerahasiaan.
3) Tidak memanfaatkan atau
mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh selama menjalankan pekerjaannya
demi keuntungan ilegal dan tidak etis, baik bagi dirinya sendiri maupun pihak
ketiga.
c. Mempertahankan
integritas
Praktisi akuntansi
manajemen dan manajemen keuangan mempunyai tanggung jawab untuk:
1) Menghindari adanya
konflik kepentingan dan memberi nasihat kepada pihak yang berkepentingan
terhadap terhadap konflik-konflik yang potensial terjadi.
2) Menghindari aktivitas
yang dapat menimbulkan keraguan terhadap kemampuan mereka untuk melakukan
tugasnya secara etis.
3) Menolak segala bentuk
hadiah, tanda mata, atau keramahan yang dapat memengaruhi tindakan mereka.
4) Tidak menghambat baik
secara aktif maupun pasif, hasil-hasil yang dicapai organisasi yang sah serta
tujuan-tujuan etis.
5) Menyadari dan
mengomunikasikan batasan-batasan profesional, atau kendala lain yang akan
menghambat kebijakan-kebijakan yang bertanggung jawab atau kesuksesan kinerja
dari suatu aktivvitas.
6) Mengomunikasikan
informasi dan kebijakan-kebijakan profesi atau opini-opini, baik yang bersifat
menguntungkan maupun yang tidak menguntungkan.
7) Tidak melakukan atau mendukung aktivitas yang dapat mendskreditkan profesi.
7) Tidak melakukan atau mendukung aktivitas yang dapat mendskreditkan profesi.
2. Competence,
Confidentiality, Integrity and Objectivity of Management Accountant
Audit
memiliki nilai karena dapat memberikan keyakinan yang memadai bagi para
pengguna laporan keuangan bahwa laporan keuangan tersebut bebas dari salah saji
yang material. Nilai-nilai objektivitas, kompetensi, integritas, keselarasan
dengan masalah-masalah bisnis yang luas, dan pembelajaran seumur hidup apabila
secara bersama-sama digabungkan dengan kepatuhan auditor pada kode etik, akan
mendukung kredibilitas auditor dalam menyatakan pendapat atas laporan keuangan.
3. Whistle Blowing
Dalam
isttilah bahasa inggris, orang yang mengungkapkan fakta kepada publik mengenai
sebuah skandal, bahaya, malapraktik atau korupsi disebut whistleblower [peniup
peluit; disebut demikian karena – seperti wasit dalam pertandingan sepak bola
atau olahraga lainnya yang meniup peluit sebagai pengungkapan fakta terjadinya
pelanggaran, atau polisi lalu lintas yang hendak “ menilang” seseorang dijalan
raya karena orang itu melanggar aturan, atau seperti pengintai dalam peperangan
zaman dahulu yang memberitahukan kedatangan musuh dengan bersiul – dialah yang
bersiul, berceloteh, membocorkan, atau mengungkapkan fakta kejahatan,
kekerasan, atau pelanggaran.
4. Creative
Accounting (akuntansi kreatif)
Usaha manajemen untuk merekayasa akuntansi/pembukuan dengan
menggelembungkan pendapatan neto. Contoh manajemen pendapatan meliputi
penjualan aktiva dengan dasar biaya yang rendah untuk melaporkan perolehan
(gains), dengan cara yang tidak benar dengan memperpanjang umur harapan aktiva
untuk mengurangi biaya (yaitu umur yang bisa didepresiasikan), dan penambahan
biaya yang rendah.
5.
Fraud Accounting
Dalam akuntansi, dikenal dua jenis kesalahan yaitu kekeliruan
(error) dan kecurangan (fraud). Perbedaan antara kedua jenis kesalahan ini hanya dibedakan
oleh jurang yang sangat tipis, yaitu ada atau tidaknya unsur kesengajaan.
Standarpun mengenali bahwa sering kali mendeteksi kecurangan lebih sulit
dibandingkan dengan kekeliruan karena pihak manajemen atau karyawan akan
berusaha menyembunyikan kecurangan itu.
6.
Fraud Auditing
Dalam peran ini, akuntan forensik atau auditor kecurangan
bertugas sebagai ahli dalam penyelidikan atau untuk menyajikan bukti di
pengadilan. Banyak juga yang melakukan audit kecurangan untuk umum. Sudah jelas
bahwa semua KAP besar memiliki akuntan dan akuntan publik yang dapat dianggap
sebagai auditor kecurangan. Audit internal dan audit TI juga umumnya meliputi
auditor kecurangan dengan spesialisasi khusus di beberapa perusahaan besar.
Sumber:
1. Irwansyah Lubis.
2010. Menggali Potensi Pajak Perusahaan dan Bisnis dengan Pelaksanaan Hukum.
Jakarta: PT Alex Media Komputindo. [E-book]
2. Boynton, William
C. Johnson., Raymond N. and Kell, Walter G. “Modern Auditing”, Edisi Ketujuh,
Jilid 2, Erlangga, Jakarta. 2001 [E-book]
3. Kamus Standar
Akuntansi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar